Pokok isi | : | Ilmu Kejawen, Aji Jaran Goyang |
Sumber | : | Dikumpulkan dari berbagai sumber |
Di Tanah Jawa, mulai dari ujung barat sampai dengan timur, ilmu pelet yang satu ini tergolong ilmu pengasihan tingkat tinggi yang konon sudah ada dan dikuasai oleh beberapa tokoh sakti.
Jika kita mau merunut pada tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, sejatinya, Ilmu Pelet Jaran Goyang ini bersumber dari cerita Pewayangan yang sengaja diubah oleh para pujangga bermula, Ajian Jaran Goyang ini adalah milik Raden Kumboyono, tokoh sakti yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Resi Duma.
Guru tata pemerintahan, sastra sampai dengan olah senjata bagi keluarga besar Bharata yang akhirnya terpecah menjadi dua, keluarga Pandawa dan Kurawa.
Kisah Mahabarata mencatat, Resi Duma yang demikian sakti serta ahli dalam strategi peperangan ini mempunyai peran yang tidak kecil dalam hidup dan kehidupan keluarga besar Bharat.
Sampai pada akhirnya, Kresna, titisan Dewa Wisnu memberikan wejangan khusus Bhagawad Gita kepada Arjuna, murid kesayangan Resi Duma dari keluarga Pandawa ketika perang besar Bharata Yudha berlangsung.
Pada Mahabharata gaya Jawa Resi Duma digambarkan sebagai sosok yang selalu berbuat, berkata dan berpikir kurang baik dan selalu berusaha mencelakakan keluarga Pandawa.
Berbeda dengan Mahabharata gaya India, pada zamannya, tokoh yang satu ini merupakan sosok panutan bagi seluruh penduduk negeri.
Sebagai seorang pendeta atau seorang pemuka agama, maka, secara umum ia merupakan sosok yang seharusnya bisa menjadi panutan bagi para muridnya.
Secara tegas dapat dikatakan, pendeta adalah seorang guru yang bisa menuntun anak didiknya dan masyarakat sekitarnya untuk menjadi lebih baik.
Terlepas dari silang pendapat tentang perilaku Raden Kumboyono atau Resi Duma, pada suatu cerita, ternyata, ia memiliki suatu kisah cinta yang tak kalah menarik untuk disimak.
Betapa tidak, wajahnya yang tampan dan kesaktiannya yang di atas rata-rata manusia, ternyata tak membuat Bhatara Guru atau Sang Hyang Jagad Girinata menyetujui ketika Raden Kumboyono menyatakan keinginannya untuk menyunting putri semata wayangnya sekaligus bidadari yang bernama Betari Wilutomo. Secara tegas, Bhatara Guru menolak dan tidak memberikan restu terhadap hubungan Raden Kumboyono dengan Betah Wilutomo.
Bukannya mundur, Raden Kumboyono malah semakin nekat untuk membuktikan dan menunjukkan cintanya kepada sang pujaan hati, Betari Wilutomo.
Karena peringatannya diabaikan, akhirnya, Sang Hyang Jagad Girinata pun marah dan mengeluarkan kata;
"Kelakuan Andika tidak mencerminkan watak manusia, tetapi lebih mirip kuda sembrani!"Sontak, langit berubah mendung.
Sementara dedaunan dan bebungaan tertunduk layu angin pun bertiup kencang seolah marah dan petir pun berlompatan sambung menyambung, seiring dengan kejadian yang menakutkan itu tubuh Raden Kumboyono pun berubah menjadi seekor kuda yang memiliki sepasang sayap tiap kepakan sayapnya menimbulkan pesona dan mampu membuatnya terbang secepat kilat.
Alih-alih benci atau jijik, cinta yang tumbuh di dalam hati Betari Wilutomo sontak menjadi kian bekobar-kobar.
Mulai detik itu, hati dan angannya selalu membayangkan keperkasaan sang pujaan hati, Raden Kumboyono yang telah maujud sebagai Kuda Sembrani.
Tanpa rasa malu, Betari Wilutomo bersimpuh, merengek, bahkan menghiba agar Raden Kumboyono mau membalas cinta tulusnya.
Betapa tidak, tak ada yang menyangka jika Raden Kumboyono yang telah maujud sebagai Kuda Sembrani tersebut memiliki suatu Aji Pengasihan yang sangat dahsyat Ajian Jaran Goyang,
Boleh dikata, sampai dengan tulisan ini diturunkan, dalam dunia spiritual, kedahsyatan Ajian Jaran Goyang ini seolah tak luntur dimakan waktu.
Yang perlu diketahui adalah, ada beberapa "model" baik di dalam mantra (pengamalan) dan tata laku dari Ajian Jaran Goyang yang satu ini.
Di Jawa Timur, mantra (pengamalan) Ajian Jaran Goyang masih sebagaimana yang ada atau belum tercampur dengan pengaruh agama Islam sedang model Ajian Jarang Goyang di Jawa Tengah, pengamalannya mulai tercampur dengan pengaruh agama Islam (pada akhir pengamalan terdapat kalimat, saking karsa lan penguasaning Gusti Allah) sementara, model-model Ajian Jaran Goyang di Jawa Barat, dapat dikatakan sama dengan yang ada di Jawa Tengah, yakni sudah tercampur dengan pengaruh Islam.
Adapun, tata laku yang harus dijalankan bagi orang yang ingin menguasai Ajian Jaran Goyang ini adalah sebagai berikut :
Mandi keramas guna mensucikan diri dari hadast besar dan kecil. Puasa mutih selama 7 hari dan pada hari terakhir ditutup dengan ngebleng (tidak makan, minum dan tidur selama 24 jam).
Membaca mantra Ajian Jaran Goyang di kandang kuda atau di lapangan terbuka yang mulai pukul: 00.00 dengan tanpa mengenakan pakaian sehelai pun, atau bisa juga dilakukan di dalam kandang sepi dan tertutup.Mantra yang harus dibaca adalah :
“Niat ingsun ametak ajiku sijaran goyang, teteger temahing pasar gegame cinde amoh, sodo lanang saking swargo sun suwardono, gunung gugur, segoro asat, bena sa sun tak sabet atine si jabang bayi...Teko welas, Teko asih, adleng, badhan, sliraku manut, miturut sak karepku”Yang harus selalu diingat adalah, pada saat melakukan ritual Ajian Jaran Goyang, si pelaku wajib mampu menguasai diri dan tidak merasa takut barang sedikitpun mengingat tata laku yang tidak mudah dan bakal banyak mendapatkan godaan dari rijallul ghoib, pedanyangan, serta bangsa lelembut yang berusaha menggagalkan prosesi ritual tersebut.
Biasanya, si pelaku akan mendengar suara ringkik atau derap kaki kuda yang dipercaya akibat dari kehadiran sosok gaib Kuda Sembrani jelmaan Raden Kumboyono.
Lelaku lain, juga dapat menghadirkan Rupa atau bayangan orang yang dimaksud, namun lain guru lain pula cara lelakunya.
Selanjutnya, apabila jari jemari tangan mulai terasa terasa dingin dan kaku, itu merupakan salah satu pertanda khodam yang terdapat pada ilmu tersebut sudah mulai masuk dan menyatu ke dalam tubuh melalui jalan nadi. Jika sudah begitu, biasanya, dalam hitungan jam, maka, orang yang dituju akan bergegas datang atau menghubungi si pelaku ritual.
Untuk lebih jelasnya klik di sini
ReplyDelete