Apa itu Istighotsah dan sejarahnya

Istighotsah dan sejarahnya
Pokok isi:Amalan, Istighotsah
Sumber:Dikumpulkan dari berbagai sumber
Kata Istighotsah berasal dari (al-ghouts) yang berarti pertolongan.
Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan) “istaf’ala” استفعل atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau pemohonan.

Maka istighotsah berarti meminta pertolongan.

Seperti kata ghufron غفران yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi istighfar استغفار yang berarti memohon ampunan.

Jadi istighotsah berarti “thalabul ghouts” طلب الغوث atau meminta pertolongan, para ulama membedakan antara istghotsah dengan “istianah” استعانة, meskipun secara kebahasaan makna keduanya kurang lebih sama. Karena isti’anah juga pola istif’al dari kata “al-aun” العون yang berarti “thalabul aun” طلب العون yang juga berarti meminta pertolongan.

Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit, sedangkan Isti’anah maknanya meminta pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum.
Baik Istighotsah maupun Isti’anah terdapat di dalam nushushusy syari’ah atau teks-teks Al-Qur’an atau hadits Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.
Dalam surat Al-Anfal ayat 9 disebutkan :

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu.” (QS Al-Anfal:9)

Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam memohon bantuan dari Allah subhanahu wata'ala, saat itu beliau berada di tengah berkecamuknya perang badar dimana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan Islam.
Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi dengan memberi bantuan pasukan tambahan berupa seribu pasukan malaikat.

Dalam surat Al-Ahqaf ayat 17 juga disebutkan :

وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ“
Kedua orang tua memohon pertolongan kepada Allah.” (QS Al-Ahqaf:17)

Yang dalam hal ini adalah memohon pertolongan Allah atas kedurhakaan sang anak dan keengganannya meyakini hari kebangkitan, dan tidak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh keduanya untuk menyadarkan sang anak kecuali memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dari kedua cuplikan ayat ini barangkali dapat disimpulkan bahwa istighotsah adalah memohon pertolongan dari Allah subhanahu wata'ala untuk terwujudnya sebuah “keajaiban” atau sesuatu yang paling tidak dianggap tidak mudah untuk diwujudkan.

Istighotsah sebenamya sama dengan berdoa akan tetapi bila disebutkan kata istighotsah konotasinya lebih dari sekedar berdoa, karena yang dimohon dalam istighotsah adalah bukan hal yang biasa biasa saja.
Oleh karena itu, istighotsah sering dilakukan secara kolektif dan biasanya dimulai dengan wirid-wirid tertentu, terutama istighfar, sehingga Allah subhanahu wata'ala berkenan mengabulkan permohonan itu.
Istighotsah juga disebutkan dalam hadits Nabi di antaranya :

إنَّ الشَّمْسَ تَدْنُوْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ, فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوْا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوْسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ
Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai separuh telinganya, ketika mereka berada pada kondisi seperti itu mereka beristighotsah (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi Muhammad. (H.R.al Bukhari).

Hadits ini juga merupakan dalil dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi atau wali adalah sebab.
Terbukti ketika manusia di padang mahsyar terkena terik panasnya sinar Matahari mereka meminta tolong kepada para Nabi.

Kenapa mereka tidak berdoa kepada Allah saja dan tidak perlu mendatangi para nabi tersebut?
Seandainya perbuatan ini adalah syirik niscaya mereka tidak melakukan hal itu dan jelas tidak ada dalam ajaran Islam suatu perbuatan yang dianggap syirik.

Sedangkan isti’anah terdapat di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS Al-Baqarah: 45)

Bacaan Istighosah

Berikut ini adalah doa-doa yang dibaca dalam istighotsah :
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
الفَاتِحَةx1(Surat Al-Fatihah)

أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَx3 Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِx3 Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah

أللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍx3 Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya

لَا إلهَ إلَّا أنْتَ سُبْحَانَكَ إنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَx40 Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang yang telah berbuat dzalim

يَا اَللهُ يَا قَدِيْمُx33 Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan

يَا سَمِيْعُ يَا بَصِيْرُx33 Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat

يَا مُبْدِعُ يَا خَالِقُx33 Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta

يَا حَفِيْظُ يَا نَصِيْرُ يَا وَكِيْلُ ياَ اللهُx33 Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah

يَا خَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أسْتَغِيْثُx33 Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan-MU

يَا لَطِيْفُx41 Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

أسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إنَّهُ كَانَ غَفَّارًاx33 Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha Agung, sunggu Allah Dzat Yang Maha Pengampun

أللَّهُمَّ صَلِّي عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَاقَتْ حِيْلَتِي أدْرِكْنِي يَا اَللهُx3 Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah habis daya dan upayaku maka tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya Allah

أللّهُمَّ صَلِّي صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الّذِي تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَx1 Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau

يَا بَدِيْعُx41 Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُx33 Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong

يسx1 (Surat Yasiin)

اللهُ أكْبَرُ يَا رَبَّنَا وَإلَهَنَا وَسَيِّدَنَا أنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَx3 Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, tuan kami, Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas orang­-orang kafir.

حَصَّنْتُكُمْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أبَدًا وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِألْفِ ألْفِ ألْفِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِx3 Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat yang maha hidup dan terus menerus mengatur hamba-Nya yang tidak pernah mati selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan dengan sejuta bacaan “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim”

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا عَلَى دَيْنِ الإسْلَامِx3 Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk kepada agama Islam

بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِx1 Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan keburukan kecuali la. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan tiada kekuatan untuk menghindar dari perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang maha Mulia dan maha agung

سَألْتُكَ يَا غَفَّارُ عَفْوًا وَتَوْبَةً وَبِالْقَهْرِ يَا قَهَّارُ خُذْ مَنْ تَحَيَّلَاx3 Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat yang maha mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami

يَا جَبَّارُ يَا قَهَّارُ يَا ذَا الْبَطْشِ الشَّدِيْدِ خُذْ حَقَّنَا وَحَقَّ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ ظَلَمَنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَتَعَدَّى عَلَيْنَا وَعَلَى الْمُسْلِمِيْنَx3 Wahai Dzat yang maha mengalahkan, maha menundukkan, Dzat yang keras azab-Nya, ambilkan hak-hak kami dan hak-hak umat Islam dari orang-orang yang menzhalimi kami dan menzhalimi umat Islam, yang telah menganiaya kami dan menganiaya umat Islam

الفَاتِحَةx1 (Surat Al-Fatihah)

Perbedaan istighostah dengan do'a
Istighostah tidak lain dalam rangka untuk di selamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a maknanya lebih umum, sebab itu dia mencakup permohonan dari suatu musibah atau untuk selainnya, bentuk 'athaf (aneksasi) kata doa dalam kalimat (أ و يد عو) terhadap kata istighostah dalam kalimat أ ن يستغيث adalah merupakan athof yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus.
Jadi , antara keduanya terdapat makna umum dan khusus yang muthlak, keduanya bertemu dalam satu titik namun kata do'a lebih umum, artinya setiap istighostah adalah do'a dan bukan setiap do'a adalah istighostah.
Macam-macam do'a dan istighostah.

Paraulama membagi do'a menjadi dua bagian :

1.Do'a ibadah : serti sholat, puasa dan ibadah yang lain, ketiak sesorang melaksanakan sholat atau puasa sebanarnya ia telah begdo'a dan meminta kepada Allah ampunan dan menjauhakan dirinya dari adzab. Barangsiapa memalingkannya untuk selain Allah maka ia telah berbaut syirik secara muthlaq, bersabda nabi sallallahu 'alaihi wasallam" sesungguhnya do'a adalah ibadah ".

2. Do'a masalah : dalam hal ini terdapat perincian ( tidak sama dihukumi syirik ) . barangsiapa meminta pertolongan pada makhluk atau sesuatu yang ia mampu untuk mengerjakannya, maka hal ini tidak termasuk syirik, contohnya seseorang yang meminta minum kepada saudaranya yang memiliki air atau seseorang meminta pertolongan kepada temannya dari hewan buas dan yang semisalnya. Bersabda nabi sallallahu 'alaihi wasallam : " Siapa saja yang menyeru kepada kalian maka penuhilah seruannya ". ( HR Abu Daud).

Allah berfirman,
Al-A'raf, Ayat 55
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Artinya
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Ayat tersebut mengandung do'a ibadah, karena orang yang meminta itu mengikhlaskan permintaannya kepada Allah. Hal itu merupakan ibadah yang paling utama, demikian pula halnya dengan orang yang berdzikir ( ingat ) kepada Allah, orang yang membaca Al Qur'an dan sebagainya dan bisa dikatakan juga sebagai orang yang beribadah kepada Allah ditinjau dari sisi makna, karenanya ia disebut sebagai orang yang berdo'a sekaligus sebagai penghamba.

Istighosah dibagi menjadi tiga macam :

1. Yang diperintahkan
Yaitu istighostah kepada Allah ta'ala : adapun dalil yang menunnjukkan hal itu adalah firman Allah :
" Katakanlah : terangkan kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datangkepada kamu hari kiamat apakah kamu menyeru sembahan lain selain Allah jika kamu orang-orang yang benar ! (tidak) hanya dialah yangkamu seru maka dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu meninggalkan sembahan-semabahanmu yang kamu sekutukan dengan Allah ". ( al an'am 40-41 ).
Dan firmannya :
" (Ingatlah ) ketika kamu memohon pertolongan pada Allah lalu di perkenankannya bagimu: " Sesungguhnya aku mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang beturut-turut." ( al Anfal 9 )

2. Istrighostah yang diperbolehkan
Yaitu istighostah ( meminta bantuan ) kepada seseorang yang mempunyai sifat hayyun (hidup), hadir (ada dihadapan), qodir (mampu) Allah berfirman :
فا ستغا ثه الذي من شيعته الذي من عد وه
" maka orang yang dari golongan meminta petolongan kepada (Musa) untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya." (al Qosos 15)
ayat ini berkenaan dengan orang berada di Bani Israil yang beristighostah kepada Musa untuk mengalahkan musuhnya dari Fir'aun. Maka beristighostah kepada orang yang sudah meninggal, yang ghoib (jin dan lain sebagainya atau manusia tiada dihadapannya) ataupun orang yang tidak mempunyai kemampuan, seperti menurunkan hujan dan lain-lain. Ini adalah syirik besar. Do'a adalah ibadah sedangkan istighostah adalah lebih khusus daripada do'a, dan memalingkan do'a kepada selain Allah seperti istighostah, dia adalah musyrik. Orang musyrik tidak akan diampuni selama tidak bertaubat pada Allah ta'la dengan taubat nashuha.

3. Istighostah yang dilarang
Yaitu istighostah kepada selain Allah yang tidak mempunyai sifat hayyun (hidup) hadir dan qadir ( mampu)
hukum berdo'a dan beristighostah kepada selain Allah
Do'a adalah ibadah, begitupula dengan istighostah, karena istighostah adalah sejenis dengan do'a walaupun dengan makna yang lain lebih khusus, perbedaan antara istighostah dengan do'a adalah :istighostah tidak lain dalam rangka meminta diselamatkan dari suatu musibah, sedangkan do'a makananya lebih umum, sebab itu mencakup permohonan selamat dari musibah atau untuk selainnya. Bentuk'athof (aneksasi) kata do'a dalam kalimatأ و يد عوterhadap kata istighostah dalam kalimatأن يستغيثmerupakan 'athof dari yang bersifat umum kepada yang bersifat khusus. Jadi antara keduanya terdapat makan umum dan makna khusus yang muthlak, artinya setiap istighostah adalah do'a dan bukan setiap do'a adalah istighostah.

Allah berfirman :
" Berdo'alah kepada Robbmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampoi batas."

Setip perkara yang di syari'atkan dan diperintahkan oleh Allah bagi hamba-hambanya pelaksanannya adalah ibadah. Karenanya, jika ibadah tersebut di alihkan kepada selain Allah maka dia adalah seorang yang musyrik.

Allah berfirman :
" Katakanlah hanya kepada Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepadanya dalam (menjalankan) agamaku. ( Az zumar : 14 )

Di antara jenis-jenis kesyirikan adalah mengadukan keperluan-keperluannya kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia, meminta pertolongan dan mengarahkan tujuan pada mereka, inilah asal terjadi keysirikan di dunia, sebab orang yang sudak meninggal sudah terputus amalnya, dan sudah tidak memiliki manfaat dan madharat pada dirinya sendiri.

Dalil-dalil yang melarang do'a dan istighostah kepada selain Allah,
فمن كان يرجوا لقا ء ربه قليعمل عملا صلحا ولا يشرك بعبا د ة ربه أ حدا
Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Robbnya maka hendaklah dia mengerjakan amalan yang sholeh dan janganlah memperskutukannya dengan sesuatu apapun.
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim".(yunus : 106 )

Latar Belakang istighosah
(QS: Al-Anfaal Ayat: 9)
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَٱسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ مُرْدِفِينَ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut".
(QS: Al-Anfaal Ayat: 9)
Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa perang Badar, yaitu ketika Rasulullah saw merasa sangat was-was dan khawatir akan pasukan beliau. Saat itu, kaum muslimin jumlahnya sangat sedikit dengan perbekalan dan kendaraan perang, serta persenjataan yang sangat minim. Mereka harus berhadapan dengan musuh, kaum musyirikin Quraisy, dengan jumlah yang jauh lebih banyak, dengan perbekalan, kendaraan, serta persenjataan yang sangat memadai. Ketidakseimbangan yang menakutkan ini mendorang beliau untuk secara khusus memohon kepada Allah.Adapun perbandingan antara jumlah pasukan muslimin dan pasukan kafirin dapat dilihat perbedaannya :

Muslimin
- pasukan 319
- pasukan berkuda 2
- pasukan unta 70

kafir :
- pasukan 1000
- pasukan kuda 300
- pasukan unta 700

Perlu diketahui, misi utama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dalam perang Badar adalah mengepung dan memotong perekonomian Quraisy. Rasulullah shalllahu'alaihi wasallam telah berusaha secara terus-menerus untuk menghambat semua jalur perdagangan Quraisy, karena jika secara ekonomi Quraisy dapat dilemahkan maka secara militer pun akan dapat dilemahkan.

Pada hari kedua belas bulan Ramadhan tahun kedua Hijiriyah, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengetahui bahwa kafilah dagang Quraisy datang dari Syam, lalu Nabi shalallahu'alihi wasallam bersabda pada kaum muslimin yang ada di sisinya :
وقال: " هَذِهِ عِيْرُ قُرَيْشِ فِيْهَا أَمْوَالُهُمْ، فَاخَرِّجُوا إِلَيْهَا لَعَلَّ اللهَ يَنْفَلِكُمُوْهَا".
Ini adalah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta kekayaan mereka, keluarlah kepadanya, mudah-mudahan Allah menjadikannya sebagai rampasan bagi kalian.
السيرة النبوية لابن كثير - ج 2 / ص 381
Saat itu kafilah di bawah pimpinan Abu Sufyan, membawa barang perdagangan dan membawa harta kekayaan yang sangat banyak, 1000 ekor unta dan 50.000 dinar emas. Tetapi dengan kepintaran Abu Sufyan, mereka bisa lolos dari kepungan kaum muslimin. Bahkan mereka dapat membawa bantuan pasukan dari Makkah. Selanjutnya Abu Sufyan memerintahkan pasukan untuk kembali karena kafilah sudah lolos dari kepungan Muhammad dan kawan-kawan.

Tetapi Abu Jahal dengan kesombongannya berkata:
فَقَالَ أَبُو جَهْلِ بْنُ هِشَامٍ وَاَللّهِ لَا نَرْجِعُ حَتّى نَرِدَ بَدْرًا - وَكَانَ بَدْرٌ مَوْسِمًا مِنْ مَوَاسِمِ الْعَرَبِ ، يَجْتَمِعُ لَهُمْ بِهِ سُوقٌ كُلَّ عَامٍ - فَنُقِيمُ عَلَيْهِ ثَلَاثًا ، فَنَنْحَرُ الْجُزُرَالْعَرَبُ وَبِمَسِيرِنَا وَجَمْعِنَا ، فَلَا يَزَالُونَ يَهَابُونَنَا أَبَدًا بَعْدَهَا ، فَامْضُوا.
Demi Allah kita tidak akan kembali sebelum kita sampai di Badar. Dahulu Badar merupakan pasar tahunan orang-orang Arab, kemudian kita tinggal di sana selama tiga hari, lalu kita menyembelih binatang sembelihan, pesta makanan, minum khomar, para biduaniata menyanyikan lagu untuk kita, dan orang-orang Arab akan mendengar kita, mendengar perjalanan dan himpunan kita, sehingga mereka akan senantiasa takut kepada kita sesudah peristiwa ini, karena itu majulah terus.سيرة ابن هشام - (ج 1 / ص 618)
صحيح مسلم - (ج 5 / ص 156)
4687 -حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِىِّ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ حَدَّثَنِى سِمَاكٌ الْحَنَفِىُّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ حَدَّثَنِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ ح وَحَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ - وَاللَّفْظُ لَهُ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ الْحَنَفِىُّ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنِى أَبُو زُمَيْلٍ - هُوَ سِمَاكٌ الْحَنَفِىُّ - حَدَّثَنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ قَالَ حَدَّثَنِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلاَثُمِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلاً

Dari Umar bin Khotob ia berkata, ketika perang Badar, Rasulullah saw melihat jumlahkaum musyrikin berjumlah seribu orang, sedang sahabatnya berjumlah tiga ratus sembilan belas orang,
فَاسْتَقْبَلَ نَبِىُّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ«اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِى مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِى اللَّهُمَّ إِنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ مِنْ أَهْلِ الإِسْلاَمِ لاَ تُعْبَدْ فِى الأَرْضِ». فَمَازَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ

Maka Nabiullah menghadap ke kiblat dan mengangkat tangannya, serta mulailah ia berdoa kepada Rabbnya. Ya Allah penuhilah janjimu kepadaku, ya Allah berikanlah apa yang telah engkau janjikan itu, ya Allah jika kelompok ahli Islam ini musnah, engkau tidak akan disembah lagi di bumi ini, maka terus menerus beliau berdoa kepada rabb-Nya seraya mengangkat kedua tangannya dan menghadap ke kiblat sampai bajunya melorot jatuh dari kedua pundaknya.
فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ. وَقَالَ يَا نَبِىَّ اللَّهِ كَذَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ (إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ) فَأَمَدَّهُ اللَّهُ بِالْمَلاَئِكَةِ

Abu Bakar mendatanginya dan mengambil bajunya dan mengenakannya kembali kepada kedua pundak beliau dan menguatkan baju itu dari belakang, sambil berkata, Wahai Nabi Allah telah sedemikian rupa permohonanmu, kepada Rabbmu, niscaya ia akan memenuhi janjinya kepadamu, maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas.

Perlu ditegaskan di sini bahwa yang berdoa istighosah itu hanya Rasululah shalallahu'alaihi wasallam sendiri. Padahal pada waktu itu, Abu Bakar berada pada kemah yang sama dan Abu Bakar tidak turut beristighosah. Oleh karena itu, sungguh telah menyalahi sunnah Rasul apabila seseorang mengajak orang banyak untuk berdoa istigosah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa berdoa istighosah adalah hak pemimpin yang merasa tidak berdaya dan tidak akan mengahadapi bahaya dengan tangannya sendiri.

Cara berdoa istighosah sebagaimana diterangkan dalam hadits di atas adalah, pemimpin itu menghadap kiblat, mengangkat tangannya, dan memohon diselamatkan dari bahaya besar yang dihadapi umat dan agamanya.
سنن سعيد بن منصور - (ج 2 / ص 312)
2872 -حدثنا سعيد قال : حدثنا يعقوب بن عبد الرحمن عن أبيه عن عبيد الله بنعبد اللهقال : لَمَّا كَانَ يَوْمَ بَدْرٍ فَنَظَرَ رسول الله صلى الله عليه و سلم إِلَى الْمُشْرِكِيْنَ وتَكَاثُرِهِمْ وَنَظَرَ إِلَى الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَقَلَّهُمْ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ وَقَامَ أَبُوْ بَكْرٍ عَنْ يَمِيْنِهِ
Dari Ubaidillah bin Abdullah ia mengatakan, ketika hari perang badar, Rasulullah shalallahu'alihi wasallam melihat musyrikin dan banyaknya jumlah mereka dan melihat kaum muslimin dan menganggap mereka terlalu sedikit, lalu beliau sholat dua rakaat dan berdirilah Abu bakar di sebelah kanannya.
فَقَالَ رسول الله صلى الله عليه و سلم فِي صَلاتِهِ : اللهم لا تَوَدَّعْ مِنِّي اللهم لا تَخْذُلْنِي اللهم لا تَتِرَّنِي اللهم أَنْشُدُكَ مَا وَعَدْتَنِي اللهم إِنْ يَهْزَمُ هَذَا الْجَمْعُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ هَذَا الْجَمْعُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ لاَ تُعْبَدُ أَبَدًا
Rasulullah shalallahu'alihi wasallam berdoa di dalam sholatnya, Ya Allah janganlah engkau meninggalkan aku, ya Allah janganlah engkau hinakan aku, ya Allah janganlah engkau aniaya aku, ya allah aku memohon janjimu padaku jika kelompok musyrikin menghancurkan kelompok muslimin engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selamanya.
فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : أَلْحَفْتَ والله بأبي أَنْتَ وَأُمِّي واللهِ لاَ يَتَوَدَّعُ مِنْكَ وَلاَ يَخْذُلُكَ وَلاَ يَتْرُككَ وَليَنْصُرَنَّكَ عَلىَ عَدُوِّكَ كَمَا وَعَدَكَ فَانْصَرَفَ رسول الله صلى الله عليه و سلم مَسْرُوْرًا وَقَالَ : رَأَيْتُ جِبْرِيْلَ مُعْتَجِرًا مُتَدَلِّيَا مِنَ السَّمَاءِ مُعْتَجِرًا بِعِجْزَةِ القتال على أسنانه قترة الغبار فعرفت أنه النصر
Aku Bakar berkata, aku bersumpah demi Allah, Allah tidak akan meninggalkanmu, tidak akan mencelakakanmu tidak akan menghinakanmu dan pasti ia akan menolongmu atau musuhmu. Sebagaimana telah ia janjikan kepadamu, maka Rasululah shalllahu'alaihi wasallam beranjak dengan gembira dan bersabda, Aku melihat Jibril sangat gagah turun dari langit dengan gagahnya.
Hadits ini dhoif karena Ubaidillah bin Abdullah bin Abdullah bin Abdullah dilahirkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khothab atau sedikit sesudahnya (Siyaru A'lam an Nubala juz 4 hal 475). Sedangkan perang badar telah terjadi pada waktu yang cukup jauh waktu darinya. Jadi, jelas sekali hadits ini mursal.
سنن النسائي الكبرى - (ج 5 / ص 187)
8628 -أنبأ محمد بن يحيى بن محمد قال حدثنا عمر بن حفص قال حدثنا أبي قال حدثنا الأعمش عن أبي إسحاق عنأبي عبيدةعن عبد الله قال : لما التَّقَيْنَا يَوْمَ بَدْرٍ قَامَ رسول الله صلى الله عليه و سلم فَصَلَّى فَمَا رَأَيْتُ نَاشِدًا يَنْشُدُ حَقًا لَهُ أَشَدَّ مِنْ مُنَاشَدَةِ مُحَمَّدٍ رسول الله صلى الله عليه و سلم رَبَّهُ عز و جل وَهُوَ يَقُوْلُ
Dari Abdullah dia berkata, ketika kami bertempur di perang Badar, Rasululah shalallahu'alaihi wasallam berdiri sholat, maka saya tidak pernah melihat seorang pemohon yang teramat sangat memohon haqnya melebihi permohonan Muhammad kepada Rabbnya. Beliau berucap:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَنْشُدُكَ وَعْدَكَ وَِعَهْدَكَ اللهم إني أَسْأَلُكَ مَا وَعَدْتَنِي اللهم إِنْ تَهْلِكُ هَذِهِ العِصَابَةُ لا تُعْبَدُ فِي الأَرْضِ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَيْنَا وَكَأَنَّ شِقَّةَ وَجْهِهِ القَمَرُ فَقَالَ هَذِهِ مَصَارِعُ الْقَوْمِ العَشِيَّةَ
Ya Allah aku teramat memohon kepadamu akan janjimu, dan kesanggupanmu, ya Allah aku memohon kepadamu apa yang telah engkau janjikan kepaku, ya Allah jika celaka kelompok muslim ini maka engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi ini, kemudian beliau berpaling menoleh kepada kami, maka raut wajahnya laksana bulan purnama (berseri-seri) ia bersabda, ini pertempuran sengit kaum sore hari ini.
Abu Ubaidah yang bernama Amir bin Abdullah bin Mas'ud, ia rawi yang tsiqoh, tetapi tidak mendengar hadits dari ayahnya Abdullah bin Mas'ud ibnu Main berkata, ia tsiqoh tetapi tidak mendengar hadits dari bapaknya dan ketika ayahnya wafat ia masih berumur tujuh tahun. Dengan demikian hadits ini munqothi.

Melalui keterangan-keterangan tersebut, jelaslah bahwa berdoa istighosah itu disyariatkan bagi pemimpin dalam keadaan tertentu, tetapi sholat istighosah merupakan idraj (tambahan) yang dhoif.

Terbukti pada hadits yang shohih riwayat Muslim, sebagai pokok atau asal hadits yang menjadi sumber berkembangnya hadits itu dengan tambahan-tambahan, sama sekali tidak diceritakan tentang adanya sholat istighosah yang dilakukan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

0 Response to "Apa itu Istighotsah dan sejarahnya"

Post a Comment

Kami Telah Menandai Spam Pada Komentar Yang Memberikan Link Hidup.