Sejarah Candi Mendut Magelang

Sejarah Candi Mendut Magelang

Candi Mendut, merupakan salah satu bangunan bersejarah berupa Candi yang didirikan pada tahun 842-M pada masa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra.
Candi ini letaknya sangat berdekatan dengan Candi Borobudur, banyak yang mengatakan jika Candi Mendut ini bersama dengan Candi Pawon terletak dalam satu garis lurus dengan Candi Borobudur.

Walaupun sama-sama dibangun oleh masa Pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra akan tetapi Candi ini tidak sebesar Candi Borobudur, hanya satu bangunan tunggal yang luasnya sekitar 13,7×13,7 meter persegi.

Menurut sejarah, Candi Mendut memiliki empat relief dengan makna cerita yang berbeda-beda, yaitu :
Relief Brahmana dan seekor kepiting
Relief angsa dan kura-kura
Relief Dharmabuddhi dan Dustabuddhi
Relief dua burung betet.
Candi bercorak Budha yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini dibangun dengan perpaduan antara batu bata yang ditutupi dengan batu alam.

Candi Mendut pun tampak terlihat kokoh dengan arsitektur yang sangat indah.
Kemudian, di dalam Candi Mendut terdapat tiga buah patung besar yang melengkapi pesona keindahaan candi yang letaknya sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur tersebut.

Asal Usul Dan Sejarah Candi Mendut

Candi Mendut, merupakan candi Budha yang dididrikan oleh Raja Indra seorang Raja pertama dari Trah Dinasti Syailendra pada 824-M, ini artinya Candi Mendut dibangun lebih awal dari Candi Borobudur yang didirikan oleh Raja Samaratungga, Wangsa Syailendra pada 850-M.

Candi Mendut terletak di desa Mendut Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sekitar 7 km sebelum Candi Borobudur, tinggi Candi Mendut sekitar 26,4 meter, menghadap barat daya, memilki 48 stupa kecil-kecil dan terdapat hiasan Relief pada tubuh candi berupa pohon Kalpataru.

Candi Mendut merupakan lokasi awal proses ritual Waisak, dengan diikuti pengambilan air suci dari Umbul Jumprit, Parakan, Temanggung, serta api suci dari merapen, Grobogan dan puncak upacara Waisak ini adalah upacara Pradaksina yakni upacara mengelilingi Candi Borobudur tingkat demi tingkat yang dilaksakan di Candi Borobudur tepat pada Purnama Sidhi atau bulan purnama pertama di bulan Mei.
Perayaan atau ritual Waisak dapat disaksikan oleh masyarakat luas.

Pada tahun 1834 Candi Mendut mulai mendapat perhatian meskipun mengalami nasib yang sama dengan Candi-Candi lainnya, yaitu dalam kondisi runtuh dan hancur.

Di bilik utama candi ini terdapat 3 buah arca yang menurut para ahli arca-arca tersebut diidentifikasi sebagai Cakyamuni yang diapit oleh Bodhisatwa, Lokeswara dan Bajrapani.
Dalam kitab Sang Hyang Kamahayanikan disebutkan bahwa realitas yang tertinggi (advaya) memanifestasikan dirinya dalam 3 dewa (Jina) yaitu :
Cakyamuni
Lokesvara
Bajrapani.
Sebagai Candi yang bersifat Budhistist, Relief-relief di Candi Mendut juga berisi cerita-cerita ajaran moral yang biasanya berupa cerita-cerita binatang yang bersumber dari Pancatantra dari India.

Cerita tersebut antara lain adalah seekor kura-kura yang diterbangkan oleh dua ekor angsa dan di bawahnya dilukiskan beberpa anal gembala yang seolah-olah mengejek kura-kura tersebut.
Oleh karena kura-kura tersebut emosional dalam menanggapi ejekan, maka terlepaslah gigitannya dari tangkai kayu yang dipegang sehingga terjatuh dan mati.
Inti ceritanya adalah ajaran tentang sifat kesombongan yang akan mencelakakan diri sendiri.

0 Response to "Sejarah Candi Mendut Magelang"

Post a Comment

Kami Telah Menandai Spam Pada Komentar Yang Memberikan Link Hidup.