Biografi Jendral besar Sudirman

sejarah jendral sudirman
Nama Lengkap:Raden Soedirman
Lahir:24 Januari 1916 di Bodas Karangjati, Purbalingga
Agama:Islam
Pengabdian:Kekaisaran Jepang (1944–1945) di Indonesia (1945–1950)
Pangkat:Letnan Jendral
Perang:Revolusi Nasional Indonesia
Penghargaan:Pahlawan Nasional Indonesia
Wafat:29 Januari 1950 di Magelang
Tempat Makam:Taman Makam Pahlawan Semaki

Biografi Lengkap Jendral Besar Pertama Republik Indonesia Letnan Jendral Sudirman

Nama besar Jendral Sudirman pasti sudah tidak asing lagi bagi kita semua, hampir disemua jalan protokol yang ada di Indonesia menggunakan namanya, Jenderal Sudirman.

Semua itu bukan tanpa alasan, karna pada saat itu Jendral Sudirman merupakan Jendral besar pertama di Republik Indonesia yang berperan besar atas kemerdekaan Republik Indonesia dan juga berjuang selama masa Revolusi kemerdekaan.

Jendral Besar TNI Anumerta ini bernama asli Raden Soedirman dan lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, Raden Soedirman dilahirkan di kota Purbalingga, kemudian diangkat oleh pamannya yang merupakan seorang Priyayi.

Setelah dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap pada akhir tahun 1916, Jendral Sudirman tumbuh menjadi siswa yang rajin, beliau juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk organisasi pramuka bentukan organisasi Islam Muhammadiyah.
Saat masih di sekolah menengah, Jendral Sudirman telah menunjukkan kemampuan sebagai sosok seorang pemimpin, beliau juga sangat dihormati dalam masyarakat karena taat pada agama Islam.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah guru, beliau menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936, karna kepiawaiannya Jendral Sudirman akhirnya diangkat sebagai kepala sekolah.

Jendral Sudirman juga aktif dengan berbagai program Muhammadiyah lain, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937, setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Jendral Sudirman terus mengajar.

Pada tahun 1944, Jendral Sudirman memutuskan untuk bergabung dengan angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang dipelopori oleh Jepang sebagai pemimpin bataliyon di Banyumas.
 Saat menjadi perwira PETA, Jendral Sudirman berhasil menghentikan sebuah pemberontakan yang dipimpin anggota PETA lain, tetapi akhirnya beliau ditahan, di Bogor.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Jendral Sudirman dan tahanan lain melarikan diri.
Beliau kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu langsung dengan Presiden Soekarno (Presiden Pertama RI).
Di Jakarta, Jendral Sudirman ditugaskan oleh Presiden untuk mengurus penyerahan prajurit Jepang di Banyumas, setelah menerima amanat ini, Jendral Sudirman mendirikan salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat yang disebut sebagai TKR.

Dengan merampas senjata-senjataa dari tentara Jepang, pasukan yang dipimpin oleh Jendral Sudirman ini  dijadikan bagian dari Divisi V 20 Oktober oleh Panglima sementara Oerip Soemohardjo dan Jendral Sudirman dijadikan panglima dari divisi tersebut.

Tepat pada tanggal 12 November 1945, Jendral Sudirman terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan di Yogyakarta, saat menunggu konfirmasi, Jendral Sudirman memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa.

Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa ini, membuat dirinya semakin di masyarakat luas.
Beliau akhirnya dikonfirmasikan sebagai Panglima besar pada tanggal 18 Desember 1945.

Dalam tiga tahun berikutnya, Jendral Sudirman menyaksikan ketidak berhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati dan Persetujuan Renvile yang pada saat itu mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I.
Beliau juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan Kudeta pada tahun 1948.

Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Jendral Sudirman pulang dari rumah sakit, pemerintah Belanda meluncurkan Agresi Militer II, suatu usaha untuk menduduki ibu kota di Yogyakarta.

Meskipun banyak pejabat politik mengungsi ke Kraton, Jendral Sudirman bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya menuju ke arah Selatan dan melakukan perlawanan gerilya selama tujuh bulan lamanya.

Awalnya mereka diikuti oleh tentara Belanda, tetapi kecerdikan dari Jendral Sudirman membuat tentara Belanda tidak mampu mengikuti pasukan dari Jendral Sudirman dan setelah itu beliau mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat Gunung Lawu.

Di Sobo inilah, Jendral Sudirman dan pasukannya menyiapkan taktik perang, untuk Serangan Umum pada tanggal 1 Maret 1949, yang akhirnya serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto (Presiden RI ke dua).

Setelah serangan tersebut, Belanda mulai mengundurkan diri pada bulan Juli 1949, Jendral Sudirman dipanggil kembali ke Yogyakarta.
Meskipun beliau hendak mengejar pasukan Belanda, beliau dilarang oleh Presiden Soekarno, karena kelelahan setelah berbulan-bulan bergerilya.
Ditambah lagi penyakit Tuberculosis yang diderita oleh Jendral Sudirman kambuh lagi, dan atas intruksi dari Presiden Soekarno, beliau memutuskan untuk pergi ke Magelang guna beristirahat memulihkan keadaannya.

Tak lama setelah ini, tepat pada tanggal 29 Januari 1950, Jendral Besar Sudirman akhirnya meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit Tuberkulosis parah yang dideritanya sejak lama.

Beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.
Selain itu, beliau juga dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan dan pada tahun 1997, Jendral Sudirman mendapatkan, gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta (Jendral dengan bintang lima).
Pangkat Jendral bintang lima ini hanya dimiliki oleh tiga Jenderal besar RI sampai sekarang yaitu :
Haji Muhammad Soeharto (Presiden Kedua RI)
Abdul Haris Nasution
Jendral Sudirman.
Meninggalnya Jendral Besar Sudirman membuat semua Rakyat Indonesia berduka cita dan sangat sedih. Untuk menghormati semua jasa beliau, bendera merah putih dikibarkan setengah tiang di seluruh Nusantara dan ribuan rakyat Indonesia mengikuti dan berduyun-duyun untuk menyaksikan pemakaman Jendral Besar Pertam RI ini.

Sampai sekarang Jedral Sudirman sangat disegani di Indonesia.
Taktik perang gerilyanya yang diterapkannya dianggap sebagai asal usul semangat Tentara Nasional Indonesia, tak hanya itu untuk menghargai dan menghormati perjuangan Jendral Besar Sudirman, Gambar Jendral Sudirman ditampilkan pada uang kertas Rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan dihampir semua jalan-jalan protokol kota-kota besar di Indonesia, museum, dan monumen.

Dan tepat pada tanggal 10 Desember 1964, Jendral Besar TNI Anumerta Sudirman dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

0 Response to "Biografi Jendral besar Sudirman"

Post a Comment

Kami Telah Menandai Spam Pada Komentar Yang Memberikan Link Hidup.