Sejarah KH Zainal Mustafa

KH zainal mustofa

Nama Lengkap:Kh Zainal Mustofa
Lahir:1 Januari 1899 di Singaparna, Tasikmalaya
Agama:Islam
Wafat:28 Maret 1944 di Jakarta

Sejarah Singkat KH Zaibal Mustafa

Keseharian ulama terkemuka asal Tasikmalaya, Jawa Barat, KH Zainal Mustafa dan sekaligus pendiri Pondok Pesantren Sukamanah itu selalu bersikap tegas dan keras terhadap segala bentuk kemungkaran dan kesewenang-wenangan.

Dengan penuh keberanian, KH Zainal menentang segala bentuk penjajahan yang di lakukan Belanda dan Jepang. secara tegas, ia mengabaikan dan menolak perintah penjajah Jepang untuk hormat kepada Tenno Jepang dan Matahari Terbit.

Ulama pejuang itu, dengan gagah berani mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Jepang, beliau di lahirkan di kampung Bageur, Cimerah, Singaparna, Sasikmalaya, pada tahun 1899.

Salah seroang Isterinya yang bernama Nyai Encin Kuraisin, mengungkapkan suaminya lahir pada tahun 1899, pada masa kecilnya KH Zainal Mustafa yang akrab disapa dengan nama Umri alias Hudaemi, telah terdapat jiwa kepemimpinannya telah muncul pada diri sang Kiai sejak masih kecil.

Dengan penuh ketekunan, ia menimba ilmu dari satu Pondok Pesantren ke pondok Pesantren lainnya, selama lebih dari 17 tahun beliau menimba ilmu dari berbagai Pondok Pesantren, seperti Pondok Pesantren gunung Pari, Pondok Pesantren Cilenga dan Pondok Pesantren Jamanis bahkan, ia juga sempat menimba ilmu di tanah suci Makkah, berbagai ilmu agama telah ia kuasai sejak masih berusia 10 tahun, KH Zainal Mustafa terbilang santri yang istimewa, karena mampu menghafal dan memahami ayat-ayat suci Al-Qur'an beserta tata bahasanya dengan baik.

Pada tahun 1927 Hudaemi berangkat ke tanah suci di sana ia menimba ilmu dan bertemu dengan banyak ulama-ulama terkemuka dan saat kembali dari Baitullah, namanya berganti menjadi Zainal Mustafa pada 1927 setelah ia berkonsultasi dengan guru-gurunya, Kiai zainal memutuskan untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren di desa Cikembang, Pesantren yang di dirikannya hingga kini di kenal dengan nama Pondok Pesantren Sukamanah.

Ia berkhidmat untuk menyebarkan agama Islam lewat Pesantren yang di asuhnya, dalam waktu yang singkat, nama besar Pondok Pesantren KH Zainal Mustafa mulai menyebar ke berbagai tempat, bisa di katakan Pondok Pesantren Sukamanah sudah maju pesat di usianya yang masih muda.

Selain menyebarkan ilmu, Kiai Zainal tak pernah berhenti mengajar, beliau tetap menimba ilmu kepada Kiai di Pondok Pesantren lain yang lebih berilmu.

Selama hidupnya sang ulama pejuang itu telah menerjemahkan lebih kurang 20 Kitab ke dalam bahasa Sunda,  Kiai Zainal Mustafa juga tercatat aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1933 beliau di beri amanah sebagai wakil Rais Syuriah NU cabang Tasikmalaya.

Saat itu Kiai Ruchiyat sebagai Raisnya sayangnya, tak terlalu banyak catatan tentang kiprahnya sebagai penguruh Ormas Islam terbesar di Indonesia, Kiai Zainal banyak berjasa dalam menarik kalangan pengusaha di Tasikmalaya untuk terlibat di NU.

Nama Kiai Zainal pun semakin banyak di kenal, dan pengaruhnya semakin besar di Tasikmalaya, Kiai Zainal adalah ulama yang Revolusioner, Pesantrennya menjadi “kawah candradimuka” bagi para Kiai muda Progresif di Jawa Barat alumni Pesanren Sukamanah pun di kenal dengan sebutan “Kader Islam” yang bertugas membangkitkan semangat pemuda untuk melawan penjajah.

Pada tahun 1940 ulama terkemuka itu secara berani dan terang-terangan terus membangkitkan semangat kebangsaan dan memantik sikap perlawanan terhadap penjajah, lewat Khutbah dan ceramahnya, Kiai Zainal tak pernah bosan menyerang kebijakan politik kolonial Belanda.

Bukan tanpa resiko Kiai Zainal bersikap berani menentang penjajahan, peringatan demi peringatan dari penjajah kerap di terimanya, namun beliau tak pernah mengenal kata takut dalam menegakkan kebenaran.

Bahkan beliau juga kerap di turunkan secara paksa dari mimbar oleh mereka yang Pro-Belanda.pada tanggal 17 november 1941, Kiai Zainal bersama Kiai Ruchiyat (dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod dan Hambali Syafei di tangkap oleh Belanda. para ulama itu di jebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Kiai Zainal di tahan di penjara Tasikmalaya dan sehari kemudian di pindahkan ke penjara Bandung, dan baru bebas pada tanggal 10 Januari 1942.

Jeruji besi penjara tak menyurutkan semangat juangnya membela agama dan tanah air beliau terus menggelorakan semangat perlawanan terhadap kezaliman dan penindasan, setelah bebas dari penjara, Kiai Zainal kembali di tangkap oleh Belanda. pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda berakhir dan Indonesia di duduki pemerintah militer Jepang.

Kedua ulama terkemuka di Tasikmalaya itu di bebaskan dari penjara.dengan iming-iming jabatan yang akan di berikan oleh pemerintah Jepang kepada Kiai Zainal namun, tawaran itu langsung di tolak oleh beliau.

Di hadapan jamaahnya, saat acara penyambutan kembali di pesantren, Kiai Zainal memperingatkan agar pengikut dan santrinya tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh pada propaganda Asing, bagi masyarakat Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat, tanggal 25 hebruari merupakan hari bersejarah. pada hari itu tepat pada tanggal 25 februari 1944 Kiai Zainal Mustafa memimpin pemberontakan dan perlawanan terhadap penjajah Jepang.

Perlawanan terhadap tentara Jepang di lakukannya secara terang-terangan pada saat semua alim ulama Singaparna di kumpulkan penjajah Jepang di alun-alun, di bawah todongan senjata, semua ulama di haruskan menghormat pada matahari, Kiai Zainal menolak perintah itu, baginya hal itu merupakan perbuatan musyrik.
Dengan penuh keberanian beliau menegakkan tauhid dan keyakinannya terhadap kebenran ajaran Islam.
Lebih baik mati dari pada mengiuti perintah Jepang
Itulah prinsip yang selalu di tanamkan Kiai Zainal kepada murid-muridnya.

Tak hanya itu, beliau juga menentang kebijakan Jepang yang menjalankan Romusa di Indonesia, perlawanan terhadap penjajah Jepang di mulai dengan penyusunan kekuatan di bawah komando Kiai Zainal, beliau di bantu keluarga dan murid-murid kepercayaannya, Pondok Pesantren Sukamanah menjadi basis pertahanan utama dalam melawan penjajah Jepang, strategi menyerang dan bertahan bergaya militer pun di susun oleh sang Kiai guna mempertahankan tanah air dari penjajahan, tak hanya itu, Kiai Zainal pun menyusun rencana jangka pendek dan panjang dalam melakukan perlawanan.
Persiapan para santri Sukamanah untuk memberontak akhirnya di ketahui oleh Jepang, pada tanggal 24 Februari 1944, Jepang mengirim pasukan keibodan serta camat Singaparna untuk menangkap Kiai Zainal.

Pasukan “berani mati” yang terdiri atas santri dan warga menangkap tentara Jepang, keesokan harinya mereka di bebaskan, pada tanggal 25 Februari 1944  empat opsir Jepang datang dan meminta Kiai Zainal menghadap penguasa Nippon di Tasikmalaya.

Perintah tersebut di tolak tegas sehingga terjadilah keributan, tiga opsir utusan Jepang itu tewas dan seorang lagi di biarkan hidup membawa ultimatum dari santri “Sukamanah" dalam ultimatumnya, Kiai Zainal mendesak Jepang untuk memerdekakan pulau Jawa terhitung mulai 25 Februari 1944, beberapa jam kemudian sejumlah truk berisi pasukan mendekati garis depan pertahanan Sukamanah, kalimah takbir membahana.

Namun pasukan Sukamanah kaget setelah mendapati bahwa musuh yang datang justru berasal dari bangsa sendiri, dengan taktik adu domba dan kekuatan persenjataan yang lebih besar, Jepang menguasai Sukamanah.

Puluhan santri gugur di medan jihad Kiai Zainal pun di tangkap dan di tawan oleh tentara Jepang, sejak saat itu, kabar ulama pemberani Kiai Zainal tak lagi terdengar.

Demikian sejarah singkat Kiai Zainal Mustafa.

0 Response to "Sejarah KH Zainal Mustafa"

Post a Comment

Kami Telah Menandai Spam Pada Komentar Yang Memberikan Link Hidup.