Sedulur papat antara kejawen dan islam

Sedulur papat antara kejawen dan islam

Mengenal Sedulur Papat Limo Pancer dalam Kejawen dan Islam

Keberadaan kita hidup di dunia ini tidak sendiri, melainkan terdapat sedulur-sedulur batin yang perlu kita ketahui.
Sejak pertama kali kita diturunkan ke alam dunia lewat rahim ibu, Allah sudah menitahkan adanya penjaga-penjaga yang senantiasa mendampingi kita hidup di alam dunia, dan sesuai dengan perintah Allah, para penjaga-penjaga itu dengan setia senantiasa berada di sekeliling kita.

Bagi orang Jawa (Kejawen), adanya para penjaga tersebut dikenal dengan sebutan “Sedulur Papat”.
Sedulur papat yang dikenal masyarakat yang memahami Kejawen adalah :
Kakang Kawah (Air Ketuban)
Adi Ari-Ari (Ari-ari)
Getih (Darah)
Puser (Pusar)
Kakang Kawah

Yang disebut dengan Kakang Kawah, adalah air ketuban yang menghantarkan kita lahir ke alam dunia ini dari rahim ibu.
Seperti kita ketahui, sebelum bayi lahir, air ketuban akan keluar terlebih dahulu guna membuka jalan untuk lahirnya si Jabang Bayi ke dunia ini.
Lantaran air ketuban (kawah) keluar terlebih dulu, maka masyarakat Kejawen menyebutnya Kakang (Kakak) yang hingga kini dikenal dengan istilah Kakang Kawah.

Adi Ari-Ari

Sedangkan yang disebut dengan adi ari-ari adalah, ari-ari Jabang Bayi itu sendiri.
Urutan kelahiran Jabang Bayi adalah, air ketuban terlebih dulu, setelah itu Jabang Bayi yang keluar dan dilanjutkan dengan ari-ari.
Karena ari-ari tersebut muncul setelah Jabang Bayi lahir, maka masyarakat Kejawen biasanya mengenal dengan sebutan Adi (adik) Ari-ari.

Getih

Getih adalah darah.
Dalam rahim ibu selain si Jabang Bayi dilindungi oleh air ketuban, ia juga dilindungi oleh darah.
Dan darah tersebut juga mengalir dalam sekujur tubuh si Jabang Bayi yang akhirnya besar dan berwujud seperti kita ini.

Puser

Istilah Puser adalah, sebutan untuk tali pusar yang menghubungkan antara seorang ibu dengan anak yang ada dalam rahimnya.
Dengan adanya tali pusar tersebut, apa yang dimakan oleh sang ibu, maka anaknya pun juga ikut menikmati makanan tersebut dan disimpan di Ari-Ari.
Disamping itu, pusar juga digunakan oleh si Jabang Bayi untuk bernapas.
Oleh karena itu, hubungan antara ibu dengan anaknya pasti lebih erat lantaran terjadinya kerjasama yang rapi untuk meneruskan keturunan.

Ketika seorang Jabang Bayi lahir ke dunia dari rahim ibu, maka semua unsur-unsur itu keluar dari tubuh si ibu, unsur-unsur itulah yang oleh Allah ditakdirkan untuk menjaga setiap manusia yang ada di muka bumi ini.

Maka bila masyarakat Kejawen hingga kini mengenal adanya do'a yang menyebut saudara yang tak tampak mata itu secara lengkap yaitu :
Kakang Kawah, Adi Ari-ari, Getih, Puser, Kalimo Pancer”.
Pancer

Pancer itu adalah si Jabang Bayi itu sendiri, bisa di maknakan diri kita sendiri.

Kesamaan Dengan Islam

Antara ajaran Kejawen dengan Islam ada kesamaannya.
Dalam Islam disebutkan bahwa setiap manusia dijaga oleh malaikat-malaikat yang ditugaskan oleh Allah. Malaikat-malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk setiap manusia, yaitu :
Jibril
Mikail
Izroil
Isrofil.
Nah, kesamaan antara ajaran Kejawen dan Islam tersebut yakni Kakang Kawah yang disebutkan sebagai pembuka jalan si Jabang Bayi, itu di Islam dianggap sama dengan Jibril (Penyampai Wahyu).
Malaikat Jibril lah yang membuka jalan bagi keselamatan sang bayi hingga lahir ke dunia.

Sedangkan Adi Ari-ari yang disebut-sebut di dalam ajaran Kejawen, di dalam Islam dianggap sama dengan Mikail (Pembagi Rezeki).
Karena lewat Ari-Ari itulah si Jabang Bayi dapat hidup dengan sari-sari makanan yang didapatkan dari seorang ibu.

Sementara Getih (darah) , bagi orang Kejawen, pada pemahaman orang Islam dianggap sama dengan keberadaan malaikat Izroil (pencabut nyawa).
Buktinya, jika tidak ada darahnya, apakah manusia bisa hidup, tentu tidak.

Puser, dalam pemahaman masyarakat Kejawen, Puser adalah sambungan tali udara (napas) antara sang ibu dengan anaknya, pada pemahaman Islam, Puser ini dianggap sama dengan Isrofil (Peniup Sangkakala).
Meniup sangkakala menjelang kiamat Qubro (kiamat Besar) adalah dengan napas.

Oleh karena itu, kita wajib mengenali siapa penjaga-penjaga tak nampak yang sudah diperintahkan Allah untuk senantiasa mendampingi kita.
Dengan kita mengenali keberadaan mereka, akhirnya mereka nantinya bisa mawujud (berwujud).
Dan yang perlu diingat lagi, jika kita sudah melihat wujud mereka, maka hendaknya kita senantiasa memuji atas kebesaran Allah yang Maha Agung.
Karena atas titah Allah-lah kita semua bisa hidup berdampingan dengan penjaga-penjaga yang disebut dengan Sedulur Papat, Kalimo Pancer.

3 Responses to "Sedulur papat antara kejawen dan islam"

Kami Telah Menandai Spam Pada Komentar Yang Memberikan Link Hidup.